Koneksi Antar Materi Modul 3.1
05:36
Posted by Rich in the future
Koneksi Antar Materi Modul 3.1
Pengambilan
Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Pendidikan
Guru Penggerak – Mumu Setyawan – Angkatan 10 – SMPN 3 Leles
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media,
2. CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Bagaimana
filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan
penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Pratap Triloka
Ki Hajar Dewantara yang kita kenal dengan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo
Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, menjadi sangat relevan untuk dijadikan
landasan dalam mengambil sebuah keputusan yang berpihak pada murid serta bisa
dipertanggungjawabkan. Seorang guru yang tugasnya sebagai penuntun dalam menuntun
kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya agar anak tidak kehilangan
arah dan membahayakan dirinya. Makna dari kata “Penuntun” diartikan sebagai
“Pemimpin Pembelajaran”, yang berpusat pada murid.
Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai mandiri,
reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid akan membimbing dan
mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Ketika kita
berada dalam situasi di mana kita diminta untuk mengambil keputusan antara dua
pilihan yang secara logika dianggap benar, atau ketika kita berada dalam dilema
etika (benar versus salah) atau ketika kita berada dalam situasi di mana kita
dihadapkan pada dua pilihan antara benar versus salah (bujukan moral) yang
menuntut kita untuk berpikir secara mendalam sebelum mengambil keputusan.
Bagaimana
materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘‘coaching’’ (bimbingan)
yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran
kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?
Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘‘coaching’’yang telah dibahas pada
sebelumnya.
Coaching adalah
ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah lebih dalam untuk
menemukan potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam menyelesaikan masalahnya
sendiri. Dengan menerapkan coaching Alur TIRTA, kita dapat mengidentifikasi
masalah yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara
sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apalagi dikombinasikan dengan Sembilan
langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap
keputusan yang kita ambil.
Bagaimana
materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘‘coaching’’ (bimbingan)
yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran
kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?
Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘‘coaching’’yang telah dibahas pada
sebelumnya.
Pembimbingan yang telah
dilakukan oleh fasilitator dan pengajar praktik telah membantu saya berlatih
mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil apakah keputusan tersebut sudah
berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal,
dan apakah keputusan tersebut yang diambil oleh saya akan dapat saya
pertanggung jawabkan. Dengan tahapan kegiatan coaching pengambilan keputusan
akan efektif karena keputusan yang diambil berasal dari potensi yang dimiliki
seseorang.
Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek social emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema
etika?
Guru perlu memiliki
kompetensi kesadaran diri (self awareness), manajemen diri (self management),
kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berelasi (relationship
skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif
terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan
standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial
(CASEL). Dalam proses pengambilan keputusan diharapkan dilakukan dengan kesadaran
penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan serta konsekuensi yang ada. Dengan
berlatih kesadaran penuh maka dapat menumbuhkan perasaan tenang dan pikiran jernih,
sehingga akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.
Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut
guru akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-
nilai yang dianutnya merupakan nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil
akan tepat, benar, dan dapat dipertanggung jawabkan begitupun sebaliknya jika
nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama, dan norma
maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung benar secara pribadi. Nilai-
nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif
dan berpihak pada murid akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah
moral atau etika yang tepat sasaran dan benar serta meminimalisir kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak
khususnya murid.
Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Guru dalam menerapkan
prinsip Among Ki Hajar Dewantara dan pola piker inkuiri apresiatif diharapkan
mampu menjalankan perannya dalam mendorong terwujudnya well-being dalam
ekosistem pendidikan Agar pengambilan keputusan tepat dan terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman maka kita bisa menerapkan 9
langkah dalam pengambilan keputusan yaitu: mengidentifikasi masalah yang dihadapi
dan melakukan pemetaan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini,
mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, melakukan Pengujian benar atau salah,
melakukan pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan Prinsip Resolusi,
investigasi opsi trilema, membuat keputusan, dan melihat lagi Keputusan dan
merefleksikan.
Apakah
tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan
perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan-tantangan
dalam menjalankan pengambilan keputusan diantaranya benturan antar kelompok
kepentingan yang bersebrangan pemikiran. Dalam sekolah ada kelompok yang pro
serta kontra terhadap sebuah sistem yang berjalan oleh pemangku kebijakan di
sekolah. Sebagai contoh, dalam pengambilan keputusan kenaikan kelas bagi anak
yang memiliki kompetesi pengetahuan dan sikap rendah. Selain itu juga
Kekhawatiran jika keputusan yang diambil justru berdampak tidak baik
(merugikan) bagi sebagian besar suatu pihak Dalam benturan antar kelompok
sangat berkaitan dengan perubahan paradigma di lingkungan yaitu: individu lawan
kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, jangka
pendek lawan jangka panjang.
Apakah
pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang
memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat
untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Menurut saya apabila
keputusan sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang
digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai
dengan kebutuhan murid. Dengan berpihak pada murid maka dapat memerdekakan
murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan
potensi dan kodratnya. Berkaitan dengan murid yang berbeda, pengambilan
keputusan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yaitu dengan terlebih
dahulu mengetahui kesiapan belajar murid, Minat belajar murid, dan profil
belajar murid. Setelah itu memutuskan strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengakomodasi
kebutuhan belajar setiap murid
Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Pemimpin pembelajaran
sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika. Prinsip-prinsip
etika berdasarkan pada nilai nilai kebajikan universal yang disepakati serta
disetujui secara bersama, terlepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku
bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-
hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati,
Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran
dsb. Keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran akan merefleksikan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi
seluruh warga sekolah, terutama bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar
Pancasila
Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pengambilan keputusan
Sebagai seorang pemimpin setidaknya harus berpedoman pada filosofi Ki Hajar
Dewantara dengan Pratap triloka nya yaitu Ing Ngarso Sung tulodho (menjadi
teladan, memimpin, Contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh
orang lain), ing Madyo Mangun Karso (memberdayakan, menyemangati, membuat orang
lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara, dan sebagainya), serta
Tut Wuri Handayani (mempengaruhi, memelihara, dan pelopor kebajikan serta kualitas
positif lain agar orang lain bertumbuh dan maju). Pengambilan keputusan harus
berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan sebagai seorang guru (Mandiri, Inovatif,
Kolaboratif, Reflektif, Berpihak pada murid) dan menggunakan alur BAGJA yang
akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
(wellbeing).
Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pada modul Budaya
positif, Gossen berpendapat bahwa bila kita ingin menumbuhkan motivasi
intrinsik dari dalam diri seseorang, maka tumbukan pemahaman terhadap
nilai-nilai kebajikan universal. Hal ini sejalan dengan pengambilan keputusan
yang harus mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan. Guru mampu mengelola serta
menyadari aspek sosial emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu
keputusan khususnya Dilema etika. Guru yang memiliki kesadaran diri baik pasti
menunjukkan kejujuran serta integritas dalam pengambilan keputusan. Memiliki
kemampuan untuk mengelola emosi, pikir, dan perilaku diri secara efektif dalam
berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi.
Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Salah satu tujuan
kegiatan coaching yaitu untuk menggali lebih dalam lagi potensi yang dimiliki
oleh seorang guru. Melalui kegiatan coaching maka akan terjadi pengambilan sebuah
keputusan yang mengarahkan pada hal yang positif. Keputusan-keputusan yang diambil
berpihak kepada murid, sehingga keputusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan
yang akan mendorong terwujudnya profil pelajar pancasila. Dalam perjalanan menuju
profil pelajar pancasila, terdapat banyak dilema etika dan bujukan moral
sehingga diperlukan panduan 9 (sembilan) langkah pengambilan dan pengujian
keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah supaya keputusan berpihak
kepada murid sehingga terwujudnya merdeka belajar.
Sejauh
mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul
ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan,
3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Dilema etika merupakan
situasi ketika seseorang harus memilih antara 2 (dua) pilihan di mana kedua
pilihan secara moral benar tetapi bertentangan, sedangkan bujukan moral
merupakan situasi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau
salah. Ketika dihadapi situasi dilema etika tentunya ada nilai-nilai kebajikan mendasari
yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan,
kebebasan, persatuan, toleransi, tangung jawab, serta penghargaan akan hidup.
Secara umum ada pola,
model. atau paradigma yang terjadi dalam situasi dilema etika yang dikategorikan
sebagai berikut:
1.
Individu lawan masyarakat (individual vs
community)
2.
Rasa keadilan lawan rasa kasihan
(justice vs mercy)
3.
Kebenaran lawan kesetiaan (Truth vs loyalty)
4.
Jangka pendek lawan jangka panjang
(short term vs long term)
Ada 3 (tiga) prinsip
yang menjadi dasar berpikir ketika berhadapan dengan pilihan-pilihan yang penuh
tantangan pada situasi dilema etika, yaitu:
1.
Berpikir Berbasis Hasil Akhir
(Ends-Based Thinking)
2.
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking)
3.
Berpikir Berbasis Rasa Peduli
(Care-Based Thinking)
Dalam memandu dalam
mengambil keputusan serta menguji keputusan yang diambil dalam situasi dilema
etika maupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 (sembilan) langkah yang
dapat dilakukan:
1.
Menentukan nilia-nilai yang saling
bertentangan.
2.
Menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi tersebut.
3.
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam
situasi tersebut.
4. Pengujian benar atau salah, yang dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
a. Uji
legal,
b. Uji
Regulasi/Standar Profesi,
c. Uji
Intuisi,
d. Uji
Publikasi,
e. Uji
Panutan/Idola
5.
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
6.
Melakukan Prinsip Resolusi
7.
Investgasi Opsi Trilema
8.
Buat Keputusan
9.
Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Pengambilan keputusan merupakan
keterampilan yang perlu diasah agar semakin baik dengan cara sering berlatih menggunakannya.
Bagian terpenting dalam pengambilan keputusan yaitu sikap bertanggung jawab
serta keputusan tersebut mendasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Hal
yang diluar dugaan adalah: pengambilan keputusan memerlukan pengjuian benar
atau salah melalui beberapa tahap yaitu: Uji legal, Uji Regulasi/Standar
Profesi, Uji Intuisi, Uji Publikasi, Uji Panutan/Idola
Sebelum
mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah,apa bedanya dengan apa
yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari
modul ini, saya pernah mengalami masalah yang berhubungan dengan dilema etika.
Keputusan yang saya ambil pada saat itu berdasarkan perasaan/intuisi saya dan
berdasarkan nilai-nilai yang saya pegang serta berdasarkan kepedulian kepada
orang lain. Ketika saya mempelajari modul 3.1, saya merasa prinsip yang saya
gunakan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (care-based thinking), yaitu sebagai
sebuah prinsip yang biasa dipakai secara umum dalam mengambil keputusan terutama
yang berhubungan dengan masalah dilema etika. Secara umum saya belum menerapkan
9 langkah pengambilan keputusan yang dipelajari di modul ini. Khususnya pada
pengujian benar lawan salah yang merupakan hal yang tak terduga sebelumnya.
Bagaimana
dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara
Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul
ini?
Setelah mempelajari
modul ini, wawasan dan pengetahuan saya menjadi semakin terbuka untuk menjadi
seorang pemimpin dalam mengambil sebuah keputusan harusnya berpijak pada
nilai-nilai kebajikan universal. Selain itu mempelajari modul ini menjadikan
saya sadar bahwa saya perlu mengasah ketrampilan saya dalam hal mengambil
keputusan misalnyamelalui permasalahan yang saya hadapi di lingkungan bekerja
saya saat ini. Sehingga keputusan berlandaskan nilai-nilai kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan,
dan tentunya berpihak pada murid.
Seberapa
penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda
sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya pengetahuan
tentang pengambilan keputusan ini penting sekali, karena saya dapat mengambil
keputusan yang tepat, efektif, dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan baik
sebagai individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. Sebelum saya mendapat
pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini saya merasa bahwa banyak hal atau
keputusan yang saya buat selama ini tidak berdasar alur pemikiran yang jelas
dan terstruktur, sehingga setelah mendapat materi di modul 3.1 mengenal
bagaimana prinsip pengambilan keputusan yang tepat, pola pengambilan keputusan
serta membedakan antara dilema etika dan bujukan moral serta penggunaan 9
langkah pengambilan keputusan, membuat saya percaya diri untuk bisa mengambil
keputusan yang tepat.
Terima kasih. Semoga
bermanfaat.