ASBABUN NUZUL
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
ULUMUL QURAN



Oleh
MUMU SETYAWAN
SEKJEN KOMUNITAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
(KOMUNIKATIP) TASIKMALAYA




PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS -
-
2012


DAFTAR ISI


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
1.2 Rumusan Masalah 
1.3 Tujuan Penulisan 
BAB II PEMBAHASAN 
2.1 Pengertian Asbabun Nuzul 

2.2 Cara Mengetahui Asbabun Nuzul
2.3 Manfaat Mengetahui Asbabun Nuzul
2.4 Contoh-Contoh Ayat Asbabun Nuzul
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Asbabun Nuzul, Terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya satu. dalam hal ini tidak ada permasalahan yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang turun didalam berbagai surah berkenaan dengan satu peristiwa. Asbabun nuzul adakalanya berupa kisah tentang peristiwa yang terjadi, atau berupa pertanyaan yang disampaikan kepada rasulullah SAW untuk mengetahui hukm suatu masalah, sehingga Qur'an pun turun sesudah terjadi peristiwa atau pertanyaan tersebut. Asbabun nuzul  mempunyai pengaruh dalam memahami makna dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran.

Al-Qur'an diturunkan untuk memahamipetunjuk kepada manusia kearah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimana kepada allah SWT dan risalah-Nya, sebagian besar qur'an pada mulanya diturunkan untuk tujuan menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka khusus yang memerlukan penjelasan hukum allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian dari Asbabun Nuzul itu ?
  2. Bagaimanakah cara turunnya asbabun nuzul itu ?
  3. Apakah faedah (manfaat) dari mempelajari asbabun nuzul itu ?
  4. Sebutkan contoh-contoh ayat asababun nuzul ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar kita bisa lebih mengenal tentang silsilah asbabun nuzul dan lebih memudahkan kita untuk mempelajari lebih jauh lagi sehingga dalam proses mempelajarinya kita tidak menemukan kesulitan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 pengertian Asbabun Nuzul
Kalimat Asbabun Nuzul pada mulanya merupakan gabungan dua kalimat atau dalam bahasa arab disebutnya kalimat idhafah yakni dari kalimat “Asbab” dan “Nuzul”. Yang jika dipandang secara etimologi maka Asbab An-Nuzul didefinisikan sebagai sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Asbabun Nuzul yang dimaksudkan disini adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al- Qur’an.
Adapun pengertian asbabun nuzul menurut sebagian para ulama adalah :
1. Menurut Az-Zarqani Didefinisikan bahwa Asbabun Nuzul merupakan sesuatu yang khusus untuk menggambarkan sesuatu yang terjadi yang berhubungan dengan turunnya ayat Al Quran yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa terjadi.
2.  Menurut Ash-Shabuni Didefinisikan bahwa Asbabun Nuzul sebagai peristiwa yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
3.  Menurut Shubhi Shahih Dapat didefiniskan bahwa Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat Al Quran yang menyiratkan peristiwa yang terjadi sebagai respon cepatnya. Atau sebagai penjelas hukum-hukum di saat peristiwa itu terjadi. 
4.  Menurut Mana’ Al-Qthathan Asbabun Nuzul merupakan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Al Quran yang berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang di ajukan kepada nabi.
Al-Qur’an bukanlah wahyu yang turun dalam ruang hampa, tetapi ia mempunyai latar belakang, argumentasi dan faktor-faktor tertentu yang menjadikan dia “turun” ke bumi. Hal ini karena, al-Qur’an “diturunkan” sebagai alat untuk menjawab problematika kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, kehadirnanya di alam material sangat terkait ruang dan waktu tertentu yang menjadi faktor-faktor di balik turunnya al-Qur’an.Menurut Subhi Shalih misalnya menta’rifkan (mana) sababun nuzul ialah: sesuatu yang dengan sebabnyalah turun sesuatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban tentang sebab itu, atau menerangkan hukumnya; pada masa terjadinya peristiwa itu.
Di antara sekian banyak aspek yang banyak memberikan peran dalam menggali dan memahami makna-makna ayat al-Qur’an ialah mengetahui sebab turunnya. Oleh karena itu, mengetahui asbabun nuzul menjadi obyek perhatian para ulama. Bahkan segolongan diantara mereka ada yang mengklarifikasikan dalam suatu naskah, seperti Ali Al-Maidienie, guru besar imam Bukhari.Dari sekian banyak kitab dalam masalah ini, yang paling terkenal ialah: karangan Al-Wahidie, Ibnu Hajar dan As-Sayuthi. Dan As-Sayuthi telah menyusun dalam suatu kitab besar dengan judul Lubaabun Nuquul fie Asbabin Nuzuul.
Boleh dikata, untuk mengetahui secara mendetail tentang aneka corak ilmu-ilmu al-Quran serta pemahamannya, tidak mungkin dicapai tanpa mengetahui asbabun nuzuul Akan tetapi dengan mengetahui sebab-sebab turunnya, akan jelas pengertian ayat ini, di mana ayat ini diturunkan bagi siapa yang sedang di tengah perjalanan dan tidak tahu mana arah kiblat. Maka ia harus berijtihad dan menyelidiki, kemudian sembahyang kemana saja ia menghadap, sahlah shalatnya. Dan tidak diwajibkan kepadanya bersembahyang lagi setelah bersembahyang apabila ternyata salah.


2.1 Cara mengetahui Asbabun Nuzul
Jalan mengetahui sebab nuzul ialah riwayat dan penjelasan dari orang yang turut menyaksikan suasana turun ayat. Juga dapat kita ketahui sebab nuzul apabila ayat itu diriwayatkan sesudah nabi menerima sesuatu pertanyaan.
Asbabub Nuzul adalah peristwa yang terjadi pada zama Rosululloh saw. Oleh karena itu, tidak boleh ada jalan lain untuk mengetauinya, selain berdasarkan periwayatan (pentransmisian) yang benar (naql as-sholih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung tentang turunnya Al Quran. Dengan demikian, seperti halnya periwayatan pada umumnya, diperlukan kehati-hatian dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan asbabun nuzul.
Mengetahui Asbabun Nuzul adalah upaya untuk membedah antara dua hal yaitu sebab dan musababnya, atau dalam bahasanya Nasr Hamid Abu Zaid menguak dan menghubungkan antara realitas khusus (sebab) ke realitas yang menyerupainya (musabbab). Akan tetapi harus disadari bahwa transformasi dari “sabab” ke “musabab”, atau dari realitas khusus ke realitas menyerupainya, harus didasarkan pada tanda-tanda yang terdapat ada struktur teks itu sendiri.
       Allah menjadikan segala sesuatu melalui sebab-musabbab dan menurut suatu ukuran. Tidak seorang pun manusia lahir dan melihat cahaya kehidupan tanpa melalui sebab-musabbab dan berbagai tahap perkembangan. Tidak sesautu pun terjadi di dalam wujud ini kecuali setelah melewati pendahuluan dan perencanaan. Begitu juga perubahan pada cakrawala pemikiran manusia terjadi setelah melalui persiapan dan pengarahan. Itulah sunnatullah (hukum Allah) yang berlaku bagi semua ciptaan-Nya, dan engkau tidak akan menemukan perubahan pada sunnatullah (al-Ahzab, 62). Tidak ada bukti yang menyingkap kebenaran sunnatullah itu selain sejarah, demikian pula penerapannya dalam kehidupan. Seorang sejarahwan yang berpandangan tajam dan cermat mengambil kesimpulan, dia tidak akan sampai kepada fakta sejarah jika tidak mengetahui sebab-musabbab yang mendorong terjadinya peristiwa.
   Tapi tidak hanya sejarah yang menarik kesimpulan dari rentetan peristiwa yang mendahuluinya, tapi juga ilmu alam, ilmu sosial dan kesusastraan pun dalam pemahamanya memerlukan sebab-musabbab yang melahirkannya, di samping tentu saja pengetahuan tentang prinsip-prinsip serta maksud tujuan.
Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang berasal dari Rasulullah Saw atau dari sahabat. Itu disebutkan pemberitahuan seorang sahabat mengenai hal seperti ini, bila jelas, maka hal itu bukan sekedar pendapat, tetapi ia mempunyai hukum marfu’ (disandarkan pada Rasulullah. Al-Wahidie mengatakan,Tidak halal berpendapat mengenai asbabun Nuzul kitab kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-sebabnya dan membahasnya tentang pengertiannya serta bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Al-Wahidie telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka terhadap riwayat asbabun nuzul. Bahkan ia menuduh mereka pendusta dan mengingatkan mereka akan ancaman berat, dengan mengatakan. Sekarang setiap orang suka mengada-ngada dan berbuat dusta: ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa memikirkan acaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turun.
Adapun lapad-lapad yang dipergunakan para ulama untuk menerangkan sebab nuzul ialah tegas disebut sebab turun ayat ini begini, atau dikatakan dibelakang seuatu riwayat maka turunlah ayat ini.
2.3 Manfaat Mengetahui Asbabun Nuzul
Sebagian orang ada yang beranggapan bahwa ilmu Asbabun Nuzul tidak ada gunanya dan tidak ada pengaruhnya karena pembahasannya hanyalah berkisar pada lapangan sejarah dan ceritera.Menurut anggapan mereka ilmu Asbabun Nuzul tidaklah akan mempermudah bagi orang yang mau berkecimpung dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Anggapan tersebut adalah salah dan tidaklah patut didengar karena tidak berdasarkan pendapat para ahli Al-Qur’an yang dikenal dengan ahli tafsir.
Di sini akan diungkap secara sekilas pendapat sebagian ulama dan kemudian akan disertakan beberapa faedah tentang ilmu Asbabun Nuzul :
§  Al-Wahidy berpendapat: “menafsirkan ayat tanpa bertitik tolak dari sejarah dan penjelasan turunnya tidaklah mungkin.”
§  Ibnu Daqiqil ‘Ied berpendapat: “Keterangan tentang Asbabun Nuzul adalah merupakan salahsatu jalan yang tepat dalam memahami Al-Qur’an.”
§  Ibnu Taimiyah berpendapat: “Ilmu Asbabun Nuzul akan membantu dalam memahami ayat, karena ilmu tentang sebab akan menimbulkan ilmu tentang akibat”.
Dengan demikian akan jelaslah pentingnya ilmu Asbabun Nuzul sebagai bagian dari ilmu Al-Qur’an.
Adapun faedah dari ilmu Asbabun Nuzul dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Mengetahui bentuk hikmah rahasia yang terkandung dalam hukum.
  2. Menentukan hukum (takhshish) dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa suatu ibarat itu dinyatakan berdasarkan khususnya sebab.
  3. Menghindarkan prasangka yang mengatakan arti hashr dalam suatu ayat yang zhahirnya hashr.
  4. Mengetahui siapa orangnya yang menjadi kasus turunnya ayat serta memberikan ketegasan bila terdapat keragu-raguan.
  5. Dan lain-lain yang ada hubungannya dengan faedah ilmu Asbaun Nuzul.




2.4 Contoh-contoh Ayat Asbabun Nuzul
1)      QS. Al Baqoroh : 221
 “dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
Pada suatu ketika Rosululloh SAW. mengutus Martsad al-Ghanamy pergi ke Mekah untuk menjemput kaum islam yang lemah yang masih tinggal bermukim di sana. Di Mekah Martsad dijumpai oleh seorang perempuan musyrikin yang sangat cantik dan hartawan, yang jatuh cinta kepadanya. Perempuan itu mengajak berzina. Karena Martsad pada ketika itu telah menjadi seorang muslim yang sangat kokoh imannya maka ajakan itu ditolaknya. Martsad tidak mau menuruti hajat perempuan itu karena berlawanan dengan kehendak syara’. Kemudian karena perempuan itu sangat jatuh cinta kepada martsad maka ia meminta agar Martsad mau mengawininya dan menjadi suaminya. Permintaan ini diterima oleh Martsad, jika mendapat izin dari Rosululloh SAW. ketika Martsad telah sampai kembali ke Madinah, ia menceritakan peristiwa itu dan memohon izin kepada Rosul untuk beristri dengan perempuan yang mencintainya. Saat itu turunlah ayat ini.
2)      QS. Al Hujurat : 11
 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Sekian banyak riwayat yang dikemukakan para mufasir menyangkut asbabun nuzul ayat ini. Misalnya, ejekan yang dilakukan oleh kelompok Bani Tamim terhadap Bilal, shuhaib, dan ‘Ammar yang merupakan orang-orang tidak punya.
 Ada lagi yang menyatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan ejekan yang dilontarkan oleh Tsabit Ibn Qais, seorang sahabat Nabi saw. yang tuli. Tsabit melangkahi sekian orang untuk dapat duduk di dekat Rosul agar dapat mendengar wajengan beliau. Salah seorang menegurnya, tetapi Tsabit marah sambil memakinya dengan menyatakan bahwa dia,  yakni si penegur, adalah anak si Anu (seorang wanita yang pada masa jahiliyah dikenal memiliki aib ). Orang yang diejek ini merasa dipermalukan maka turunlah ayat ini.
 Ada lagi yang menyatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan ejekan yang dilontarkan oleh sementara istri Nabi Muhammad saw. terhadap Ummu Salamah yang merupakan ‘’madu’’ mereka. Ummu Salamah mereka ejek sebagai wanita pendek. Alhasil, sekian banyak riwayat, yang kesemuanya dapat dinamai asbabun nuzul (sebab turun ), walau maksud dari istilah ini dalam konteks riwayat-riwayat diatas adalah kasusu-kasus yang dapat ditampung oleh kandungan ayat ini.

3)      QS. Al Baqoroh : 284-285
284. kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya, "Tatkala turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam dadamu atau menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah.' (Q.S. Al-Baqarah 284) sungguh terasa berat oleh para sahabat. Mereka datang kepada Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas kedua lutut mereka, kata mereka, 'Ayat ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak sanggup memikulnya', maka Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah kalian hendak mengatakan seperti apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, 'Kami dengar dan kami langgar?' hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi. Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' Setelah orang-orang itu berusaha membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah pun menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...' (Q.S. Al-Baqarah 285) Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, 'Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya...'" (Q.S. Al-Baqarah 286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula seperti di atas dari Ibnu Abbas.
4)      QS. Al Baqoroh : 219
 “mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”
Ayat ini diturunkan sesudah ada pertanyaan, seperti firman Alloh dalam Al Quran yaitu sesudah orang menanyakan kepada Rosul tentang arak dan judi


5)      QS. Al Kafirun : 1-6
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

surah Al Kafirun diturunkan sepenuhnya untuk menjawab ajakan orang-orang Quraisy kepada Nabi Muhammad saw. agar silih berganti dalam beribadah atau menyembah Tuhan mereka dan Tuhan yang disembah oleh Rosul dan pengikutnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan: “pada suatu ketika Walid bin Mughiroh, Al – ‘Ash bin Wa’il As-Sahmi, Al-Aswad bin Abdul Mutholib, Umayyah bin Kholaf, dan tokoh-tokoh Quraisy yang lain mendatangi Rosululloh saw. mereka mengusulkan kepada Rosul dengan mengatakan, ‘Bagaiman kalau kami ( kelompok Quraisy ) dan engkau ( Muhammad ) beserta pengikutmu sama-sama menyembah Tuhan milik kita berdua. Umpamanya dalam satu tahun kita sama-sama menyembah Tuhan Engkau ( Muhammad ) dan tahun berikutnya kita sama-sama menyembah Tuhan milik kami ( kaum Quraisy ). Kita jiga dapat bersekutu dalam segala hal yang dinilai baik oleh kedua belah pihak.’ Kemudian Rosululloh menjawab ajakan mereka dengan mengatakan, ‘Aku berlindung kepada Alloh dari mempersekuyukan-Nya.’ Lalu turunlah surat Al Kafirun tersebut.”
Kemudian Nabi saw. pergi ke Masjidilharam menemui orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul disana dan membaca surat Al Kafirun ini, sehingga pupuslah harapan mereka untuk dapat menawarkan kompromi agam dengan Nabi saw. Sejak itulah permusuhan yang mereka tunjukan semakin gencar.
6)      QS. Al An’am : 145
 “Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Ayat ini diturunkan sehubungan dengan orang-orang kafir yang tidak mau memakan sesuatu, kecuali apa yang telah mereka halalkan sendiri. Karena mengharamkan apa yang telah dihalalkan Alloh dan menghalalkan apa yang telah diharamakn oleh Alloh merupakan kebiasaan orang-orang kafir, terutama orang yahudi, turunlah ayat di atas.
BAB III
PENUTUP
A.     Simpulan
Dari sekian banyak pengertian yang dirumuskan para ulama dapat disimpulkan bahwa Asbabun nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang meletarbelekangi turunnya ayat al-quran. Asbabun nuzul itu, peristiwa yang terjadi pada zaman rasulullah SAW. Oleh karena itu, tidak boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya,selain berdasarkan periwayatan yang benar dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung tentang turunnya ayat al-quran.
Asbabun nuzul bisa membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidak pastian dalam menangkap pesan ayat-ayat al-quran. Persoalan apakah seluruh ayat al-quran mempunyai asbabun nuzul atau tidak, sebagian ulama berpendapat bahwa tidak
semua ayat al-quran asbabun nuzul. Sehingga disebut ibtida’ untuk ayat yang tanpa latarbelakang dan disebut ghair ibtida’ yang mempunyai latarbelakang.
B.     Saran
Makalah ini banyak kekurangan, penulis berharap agar para pembaca dapat mencari kembali informasi yang akurat dari referensi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2007. Ulum Al-quran. Bandung : Pustaka Setia.
Hadna, Mustafa. 2010. Ayo Mengkaji Al-Quran dan Hadits. Pemalang : Erlangga.
Ash shiddieqy, Hasbi. 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran dan Tafsir. Semarang. Pustaka Rizki Putra.