ASBABUN NUZUL ULUMUL QURAN
21:04
Posted by Rich in the future
ASBABUN NUZUL
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“ULUMUL QURAN”
Oleh
MUMU
SETYAWAN
SEKJEN
KOMUNITAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
(KOMUNIKATIP)
TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS -
-
2012
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asbabun Nuzul
2.2 Cara Mengetahui Asbabun Nuzul
2.3 Manfaat Mengetahui Asbabun Nuzul
2.4 Contoh-Contoh Ayat Asbabun Nuzul
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asbabun Nuzul, Terkadang banyak ayat
yang turun, sedang sebabnya hanya satu. dalam hal ini tidak ada permasalahan
yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang turun didalam berbagai surah
berkenaan dengan satu peristiwa. Asbabun
nuzul adakalanya berupa kisah tentang peristiwa yang terjadi, atau
berupa pertanyaan yang disampaikan kepada rasulullah SAW untuk mengetahui hukm suatu masalah, sehingga Qur'an pun turun sesudah
terjadi peristiwa atau pertanyaan tersebut. Asbabun nuzul mempunyai pengaruh dalam
memahami makna dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran.
Al-Qur'an diturunkan untuk memahamipetunjuk
kepada manusia kearah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan
asas kehidupan yang didasarkan pada keimana kepada allah SWT dan risalah-Nya,
sebagian besar qur'an pada mulanya diturunkan untuk tujuan menyaksikan banyak
peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka khusus yang memerlukan
penjelasan hukum allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa pengertian dari Asbabun Nuzul itu ?
- Bagaimanakah cara turunnya asbabun nuzul itu ?
- Apakah faedah (manfaat) dari mempelajari asbabun nuzul itu ?
- Sebutkan
contoh-contoh ayat asababun nuzul ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembahasan makalah
ini adalah agar kita bisa lebih mengenal tentang silsilah asbabun nuzul dan
lebih memudahkan kita untuk mempelajari lebih jauh lagi sehingga dalam proses
mempelajarinya kita tidak menemukan kesulitan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 pengertian Asbabun
Nuzul
Kalimat
Asbabun Nuzul pada mulanya merupakan gabungan dua kalimat atau dalam bahasa
arab disebutnya kalimat idhafah yakni dari kalimat “Asbab” dan “Nuzul”. Yang
jika dipandang secara etimologi maka Asbab An-Nuzul didefinisikan sebagai
sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Asbabun Nuzul yang
dimaksudkan disini adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al-
Qur’an.
Adapun pengertian asbabun nuzul menurut
sebagian para ulama adalah :
1. Menurut Az-Zarqani
Didefinisikan bahwa Asbabun Nuzul merupakan sesuatu yang khusus untuk
menggambarkan sesuatu yang terjadi yang berhubungan dengan turunnya ayat Al
Quran yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa terjadi.
2. Menurut Ash-Shabuni Didefinisikan bahwa
Asbabun Nuzul sebagai peristiwa yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa
ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa
pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan
agama.
3. Menurut Shubhi Shahih Dapat
didefiniskan bahwa Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya
satu atau beberapa ayat Al Quran yang menyiratkan peristiwa yang terjadi
sebagai respon cepatnya. Atau sebagai penjelas hukum-hukum di saat peristiwa
itu terjadi.
4. Menurut Mana’ Al-Qthathan
Asbabun Nuzul merupakan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Al Quran
yang berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian
atau berupa pertanyaan yang di ajukan kepada nabi.
Al-Qur’an
bukanlah wahyu yang turun dalam ruang hampa, tetapi ia mempunyai latar
belakang, argumentasi dan faktor-faktor tertentu yang menjadikan dia “turun” ke
bumi. Hal ini karena, al-Qur’an “diturunkan” sebagai alat untuk menjawab
problematika kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, kehadirnanya di alam
material sangat terkait ruang dan waktu tertentu yang menjadi faktor-faktor di
balik turunnya al-Qur’an.Menurut Subhi Shalih misalnya menta’rifkan (mana)
sababun nuzul ialah: sesuatu yang dengan sebabnyalah turun sesuatu ayat atau beberapa
ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban tentang sebab itu, atau
menerangkan hukumnya; pada masa terjadinya peristiwa itu.
Di
antara sekian banyak aspek yang banyak memberikan peran dalam menggali dan
memahami makna-makna ayat al-Qur’an ialah mengetahui sebab turunnya. Oleh
karena itu, mengetahui asbabun nuzul menjadi obyek perhatian para ulama. Bahkan
segolongan diantara mereka ada yang mengklarifikasikan dalam suatu naskah,
seperti Ali Al-Maidienie, guru besar imam Bukhari.Dari sekian banyak kitab
dalam masalah ini, yang paling terkenal ialah: karangan Al-Wahidie, Ibnu Hajar
dan As-Sayuthi. Dan As-Sayuthi telah menyusun dalam suatu kitab besar dengan
judul Lubaabun Nuquul fie Asbabin Nuzuul.
Boleh dikata, untuk mengetahui secara mendetail
tentang aneka corak ilmu-ilmu al-Quran serta pemahamannya, tidak mungkin
dicapai tanpa mengetahui asbabun nuzuul Akan tetapi dengan mengetahui
sebab-sebab turunnya, akan jelas pengertian ayat ini, di mana ayat ini
diturunkan bagi siapa yang sedang di tengah perjalanan dan tidak tahu mana arah
kiblat. Maka ia harus berijtihad dan menyelidiki, kemudian sembahyang
kemana saja ia menghadap, sahlah shalatnya. Dan tidak diwajibkan kepadanya
bersembahyang lagi setelah bersembahyang apabila ternyata salah.
Jalan mengetahui sebab nuzul ialah riwayat dan penjelasan
dari orang yang turut menyaksikan suasana turun ayat. Juga dapat kita ketahui
sebab nuzul apabila ayat itu diriwayatkan sesudah nabi menerima sesuatu
pertanyaan.
Asbabub Nuzul adalah peristwa yang terjadi pada zama
Rosululloh saw. Oleh karena itu, tidak boleh ada jalan lain untuk mengetauinya,
selain berdasarkan periwayatan (pentransmisian) yang benar (naql as-sholih)
dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung tentang turunnya Al Quran.
Dengan demikian, seperti halnya periwayatan pada umumnya, diperlukan
kehati-hatian dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan asbabun nuzul.
Mengetahui Asbabun Nuzul adalah upaya untuk
membedah antara dua hal yaitu sebab dan musababnya, atau dalam bahasanya Nasr
Hamid Abu Zaid menguak dan menghubungkan antara realitas khusus (sebab) ke
realitas yang menyerupainya (musabbab). Akan
tetapi harus disadari bahwa transformasi dari “sabab” ke “musabab”, atau dari
realitas khusus ke realitas menyerupainya, harus didasarkan pada tanda-tanda
yang terdapat ada struktur teks itu sendiri.
Allah menjadikan segala sesuatu melalui
sebab-musabbab dan menurut suatu ukuran. Tidak seorang pun manusia lahir dan
melihat cahaya kehidupan tanpa melalui sebab-musabbab dan berbagai tahap
perkembangan. Tidak sesautu pun terjadi di dalam wujud ini kecuali setelah
melewati pendahuluan dan perencanaan. Begitu juga perubahan pada cakrawala
pemikiran manusia terjadi setelah melalui persiapan dan pengarahan. Itulah
sunnatullah (hukum Allah) yang berlaku bagi semua ciptaan-Nya, dan engkau tidak
akan menemukan perubahan pada sunnatullah (al-Ahzab, 62). Tidak ada bukti yang
menyingkap kebenaran sunnatullah itu selain sejarah, demikian pula penerapannya
dalam kehidupan. Seorang sejarahwan yang berpandangan tajam dan cermat
mengambil kesimpulan, dia tidak akan sampai kepada fakta sejarah jika tidak
mengetahui sebab-musabbab yang mendorong terjadinya peristiwa.
Tapi tidak hanya sejarah yang menarik
kesimpulan dari rentetan peristiwa yang mendahuluinya, tapi juga ilmu alam,
ilmu sosial dan kesusastraan pun dalam pemahamanya memerlukan sebab-musabbab
yang melahirkannya, di samping tentu saja pengetahuan tentang prinsip-prinsip
serta maksud tujuan.
Pedoman
dasar para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang
berasal dari Rasulullah Saw atau dari sahabat. Itu disebutkan pemberitahuan
seorang sahabat mengenai hal seperti ini, bila jelas, maka hal itu bukan
sekedar pendapat, tetapi ia mempunyai hukum marfu’ (disandarkan pada
Rasulullah. Al-Wahidie mengatakan,Tidak halal berpendapat mengenai asbabun
Nuzul kitab kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung
dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-sebabnya dan
membahasnya tentang pengertiannya serta bersungguh-sungguh dalam mencarinya.
Al-Wahidie telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka
terhadap riwayat asbabun nuzul. Bahkan ia menuduh mereka pendusta dan
mengingatkan mereka akan ancaman berat, dengan mengatakan. Sekarang setiap
orang suka mengada-ngada dan berbuat dusta: ia menempatkan kedudukannya dalam
kebodohan, tanpa memikirkan acaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab
turun.
Adapun lapad-lapad yang dipergunakan para ulama untuk
menerangkan sebab nuzul ialah tegas disebut sebab turun ayat ini begini, atau
dikatakan dibelakang seuatu riwayat maka turunlah ayat ini.
2.3 Manfaat Mengetahui Asbabun Nuzul
Sebagian orang ada yang beranggapan bahwa ilmu Asbabun Nuzul tidak ada
gunanya dan tidak ada pengaruhnya karena pembahasannya hanyalah berkisar pada
lapangan sejarah dan ceritera.Menurut anggapan mereka ilmu Asbabun Nuzul
tidaklah akan mempermudah bagi orang yang mau berkecimpung dalam menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an. Anggapan tersebut adalah salah dan tidaklah
patut didengar karena tidak berdasarkan pendapat para ahli Al-Qur’an yang
dikenal dengan ahli tafsir.
Di sini akan diungkap secara sekilas pendapat sebagian ulama dan
kemudian akan disertakan beberapa faedah tentang ilmu Asbabun Nuzul :
§
Al-Wahidy
berpendapat: “menafsirkan ayat tanpa bertitik tolak dari sejarah dan penjelasan
turunnya tidaklah mungkin.”
§ Ibnu Daqiqil ‘Ied berpendapat: “Keterangan tentang Asbabun Nuzul
adalah merupakan salahsatu jalan yang tepat dalam memahami Al-Qur’an.”
§ Ibnu Taimiyah berpendapat: “Ilmu Asbabun Nuzul akan membantu dalam
memahami ayat, karena ilmu tentang sebab akan menimbulkan ilmu tentang akibat”.
Dengan demikian akan jelaslah pentingnya ilmu Asbabun Nuzul sebagai
bagian dari ilmu Al-Qur’an.
Adapun faedah dari ilmu Asbabun Nuzul dapat
disimpulkan sebagai berikut:
- Mengetahui bentuk hikmah rahasia yang terkandung dalam hukum.
- Menentukan hukum (takhshish) dengan sebab menurut orang
yang berpendapat bahwa suatu ibarat itu dinyatakan berdasarkan khususnya
sebab.
- Menghindarkan prasangka yang mengatakan arti hashr
dalam suatu ayat yang zhahirnya hashr.
- Mengetahui siapa orangnya yang menjadi kasus turunnya ayat
serta memberikan ketegasan bila terdapat keragu-raguan.
- Dan lain-lain yang ada hubungannya dengan faedah ilmu Asbaun
Nuzul.
2.4 Contoh-contoh Ayat Asbabun Nuzul
1) QS. Al Baqoroh : 221
“dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik
(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.
dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia
supaya mereka mengambil pelajaran.”
Pada suatu ketika Rosululloh SAW. mengutus
Martsad al-Ghanamy pergi ke Mekah untuk menjemput kaum islam yang lemah yang
masih tinggal bermukim di sana. Di Mekah Martsad dijumpai oleh seorang
perempuan musyrikin yang sangat cantik dan hartawan, yang jatuh cinta
kepadanya. Perempuan itu mengajak berzina. Karena Martsad pada ketika itu telah
menjadi seorang muslim yang sangat kokoh imannya maka ajakan itu ditolaknya.
Martsad tidak mau menuruti hajat perempuan itu karena berlawanan dengan
kehendak syara’. Kemudian karena perempuan itu sangat jatuh cinta kepada
martsad maka ia meminta agar Martsad mau mengawininya dan menjadi suaminya.
Permintaan ini diterima oleh Martsad, jika mendapat izin dari Rosululloh SAW.
ketika Martsad telah sampai kembali ke Madinah, ia menceritakan peristiwa itu
dan memohon izin kepada Rosul untuk beristri dengan perempuan yang
mencintainya. Saat itu turunlah ayat ini.
2) QS. Al Hujurat : 11
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”
Sekian banyak riwayat yang dikemukakan para
mufasir menyangkut asbabun nuzul ayat ini. Misalnya, ejekan yang dilakukan oleh
kelompok Bani Tamim terhadap Bilal, shuhaib, dan ‘Ammar yang merupakan
orang-orang tidak punya.
Ada
lagi yang menyatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan ejekan yang
dilontarkan oleh Tsabit Ibn Qais, seorang sahabat Nabi saw. yang tuli. Tsabit
melangkahi sekian orang untuk dapat duduk di dekat Rosul agar dapat mendengar
wajengan beliau. Salah seorang menegurnya, tetapi Tsabit marah sambil memakinya
dengan menyatakan bahwa dia, yakni si
penegur, adalah anak si Anu (seorang wanita yang pada masa jahiliyah dikenal memiliki
aib ). Orang yang diejek ini merasa dipermalukan maka turunlah ayat ini.
Ada
lagi yang menyatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan ejekan yang
dilontarkan oleh sementara istri Nabi Muhammad saw. terhadap Ummu Salamah yang
merupakan ‘’madu’’ mereka. Ummu Salamah mereka ejek sebagai wanita pendek.
Alhasil, sekian banyak riwayat, yang kesemuanya dapat dinamai asbabun nuzul
(sebab turun ), walau maksud dari istilah ini dalam konteks riwayat-riwayat
diatas adalah kasusu-kasus yang dapat ditampung oleh kandungan ayat ini.
3)
QS. Al Baqoroh : 284-285
284. kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang
perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa
siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
285.
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan
Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali."
286.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami
apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum
yang kafir."
Diriwayatkan
oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya, "Tatkala
turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam dadamu atau
menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah.' (Q.S. Al-Baqarah 284)
sungguh terasa berat oleh para sahabat. Mereka datang kepada Rasulullah saw.
lalu bersimpuh di atas kedua lutut mereka, kata mereka, 'Ayat ini telah
diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak sanggup memikulnya', maka
Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah kalian hendak mengatakan seperti apa yang
diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, 'Kami dengar dan kami langgar?'
hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi. Ampunilah kami wahai
Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' Setelah orang-orang itu berusaha membacanya
hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah pun
menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...' (Q.S. Al-Baqarah 285)
Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, 'Allah tidak
membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya...'" (Q.S. Al-Baqarah
286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula seperti di atas dari Ibnu Abbas.
4) QS. Al Baqoroh : 219
“mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:
"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari
keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berfikir.”
Ayat ini diturunkan sesudah ada pertanyaan,
seperti firman Alloh dalam Al Quran yaitu sesudah orang menanyakan kepada Rosul
tentang arak dan judi
5) QS. Al Kafirun : 1-6
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku
sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
surah Al Kafirun diturunkan sepenuhnya untuk
menjawab ajakan orang-orang Quraisy kepada Nabi Muhammad saw. agar silih
berganti dalam beribadah atau menyembah Tuhan mereka dan Tuhan yang disembah
oleh Rosul dan pengikutnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan: “pada suatu ketika
Walid bin Mughiroh, Al – ‘Ash bin Wa’il As-Sahmi, Al-Aswad bin Abdul Mutholib,
Umayyah bin Kholaf, dan tokoh-tokoh Quraisy yang lain mendatangi Rosululloh
saw. mereka mengusulkan kepada Rosul dengan mengatakan, ‘Bagaiman kalau kami (
kelompok Quraisy ) dan engkau ( Muhammad ) beserta pengikutmu sama-sama
menyembah Tuhan milik kita berdua. Umpamanya dalam satu tahun kita sama-sama
menyembah Tuhan Engkau ( Muhammad ) dan tahun berikutnya kita sama-sama
menyembah Tuhan milik kami ( kaum Quraisy ). Kita jiga dapat bersekutu dalam
segala hal yang dinilai baik oleh kedua belah pihak.’ Kemudian Rosululloh
menjawab ajakan mereka dengan mengatakan, ‘Aku berlindung kepada Alloh dari
mempersekuyukan-Nya.’ Lalu turunlah surat Al Kafirun tersebut.”
Kemudian Nabi saw. pergi ke Masjidilharam
menemui orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul disana dan membaca surat Al
Kafirun ini, sehingga pupuslah harapan mereka untuk dapat menawarkan kompromi
agam dengan Nabi saw. Sejak itulah permusuhan yang mereka tunjukan semakin
gencar.
6) QS. Al An’am : 145
“Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali
kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena
Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain
Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya
dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang".”
Ayat ini diturunkan sehubungan dengan
orang-orang kafir yang tidak mau memakan sesuatu, kecuali apa yang telah mereka
halalkan sendiri. Karena mengharamkan apa yang telah dihalalkan Alloh dan
menghalalkan apa yang telah diharamakn oleh Alloh merupakan kebiasaan
orang-orang kafir, terutama orang yahudi, turunlah ayat di atas.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari sekian banyak pengertian yang dirumuskan para ulama dapat
disimpulkan bahwa Asbabun nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang
meletarbelekangi turunnya ayat al-quran. Asbabun nuzul itu, peristiwa yang
terjadi pada zaman rasulullah SAW. Oleh karena itu, tidak boleh ada jalan lain
untuk mengetahuinya,selain berdasarkan periwayatan yang benar dari orang-orang
yang melihat dan mendengar langsung tentang turunnya ayat al-quran.
Asbabun nuzul bisa membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidak
pastian dalam menangkap pesan ayat-ayat al-quran. Persoalan apakah seluruh ayat
al-quran mempunyai asbabun nuzul atau tidak, sebagian ulama berpendapat bahwa
tidak
semua ayat al-quran asbabun nuzul. Sehingga disebut ibtida’ untuk ayat
yang tanpa latarbelakang dan disebut ghair ibtida’ yang mempunyai
latarbelakang.
B. Saran
Makalah ini banyak kekurangan, penulis berharap agar para pembaca dapat
mencari kembali informasi yang akurat dari referensi yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar, Rosihon. 2007. Ulum Al-quran. Bandung
: Pustaka Setia.
Hadna, Mustafa. 2010. Ayo Mengkaji Al-Quran dan
Hadits. Pemalang : Erlangga.
Ash shiddieqy, Hasbi. 2009. Sejarah dan Pengantar
Ilmu Al-Quran dan Tafsir. Semarang. Pustaka Rizki Putra.
This entry was posted on October 4, 2009 at 12:14 pm, and is filed under
. Follow any responses to this post through RSS. You can leave a response, or trackback from your own site.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment