STUDY KAWASAN ISLAM
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas -)

Disusun Oleh : -

Program Study Ekonomi Islam
Fakultas
UNIVERSITAS -
2013



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Study Islam sering kali dikaji diberbagai Negara, terutama dikawasan – kawasan seperti di kawasan Timur Tengan, Asia Tenggara dan lain - lain. Di Australia study Islam tidak hanya dikaji di Universitas tetapi juga dikalangan masyarakat. Di Negara tersebut banyak terdapat organisasi Islam salah satunya adalah The Islamic Society of Victoria. Tujuan utama organisasi tersebut adalah untuk mengungkapkan dampak penting keterlibatan komunitas muslim di Australia
Organisasi-organisasi Islam juga banyak terdapat di kawasan-kawasan lain yaitu: di Timur Tengah, Eropa, Amerika. Orang-orang Islam yang ada di negara-negara tersebut aktif dalam organisasi

  1. Rumusan Masalah
    1. Apa pengertian Study Islam
    2. Tujuan Study Islam
    3. Bagaimana Study Islam di Eropa dan Amerika
    4. Bagaimana Study Islam di Australia
    5. Bagaimana Study Islam di Timur Tengah
    6. Bagaimana Study Islam di Asia Tenggara
    7. Orientasi dan semangat kajiannya
    8. Pendekatan filosofis terhadap teks-teks kebudayaan asing

BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Study Islam
Study Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies, secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. dengan perkataan lain “ usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun praktek-praktek
pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya
Usaha mempelajari agama Islam tersebut dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan umat Islam saja, melainkan juga dilaksanakan oleh orang-orang diluar kalangan umat Islam. study keIslaman dikalangan umat Islam sendiri tentunya sangat berbeda tujuan dan motifasinya dengan yang dikakukan oleh orang-orang diluar kalangan umat Islam. dikalangan umat Islam, study keIslaman bertujuan untuk mendalami dan memahami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar. Sedangkan diluar kalangan umat Islam, study keIslaman bertujuan untuk mempelajati  seluk beluk agama dan praktek keagamaan yang berlaku dikalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan.
Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pendekatan study keIslaman yang mendominasi kalangan ulama Islam lebih cenderung bersifat subjektif, dan doktrin.

  1. Tujuan Study Islam
    1. Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa hakikat agama Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agam-agama lain
    2. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam, yang asli, dan bagaimana penjabaran dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islamnya
    3. Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya
    4. Untuk memahami prinsi-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran Islam, dan bagaiman realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern.
Selanjutnya tujuan-tujuan tersebut diharapkan agar study Islam akan bermanfaat bagi peningkatan usaha pembaharuan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam, Sehingga misi Islam dapat terwujud.

  1. Studi Kawasan
1.      Kawasan Timur Tengah
Pusat penyebaran Islam pertama kali adalah di Jazirah Arab, yang kini disebut dengan Arab Saudi. Dalam negeri ini, terdapat dua kota yang sangat historis dan menjadi pusat perhatian dunia, yakni Mekkah dan Madinah. Dua kota ini, dalam sejarah Islam, dikenal dengan sebutan Haramain ( Dua kota yang dimuliakan). Dikota Mekkah pada tahun 570 M, seorang anak lelaki dilahirkan. Anak laki - laki ini diberi nama Muhammad ( yang terpuji ).
Muhammad diangkat menjadi nabi pada usia 40 tahun atau tepatnya pada 610 M. Jejak langkah Nabi Muhammad menjadi perhatian dunia, bahkan Michael hart dalam bukunya, 100 tokoh yang berpengaruh, memosisikan Nabi Muhammad sebagai orang yang pertama yang dapat mempengaruhi dunia. Catatan Hart menetapkan Nabi Muhammad pada posisi pertama dengan alasan yang sangat argumentatif. Salah satu argumentasinya adalah karena Nabi yang yatim sejak lahir ini mampu mengubah Arab yang jahiliyah ( bodoh dalam preilaku dan peradaban ) menjadi masyarakat yang beradab dalam waktu yang cukup relatif singkat. Padahal, jika dilihat dari tokoh – tokoh berpengaruh lainnya yang dapat mengubah suatu masyarakat, mereka membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan berabad – abad. Adapun laki – laki keturunan Quraisy ini hanya membutuhkan waktu 23 Tahun untuk mengubah prilaku bangsa Arab yang biadab menjadi beradab dan berakhlak karimah.
Perhatian yang serius terhadap kajian Islam di wilayah Timur Tengah ini dapat dilihat dari hasil karya orientalis, Philip K. Hitti yang pernah menulis A History of the Arab ; Joseph Schat, The Origins of Muhammedan Jurisprudence dan An Introduction to Islamic Law
2.      Kawasan  Afrika
Afrika sebagai bagian dari perhatian para peneliti tentang keislaman disebabkan ada sebagian dari Negara – Negara benua ini yang warganya beragama Islam. Bahkan, dari benua ini pula lahir pemikir – pemikir Islam besar sejak zaman klasik hingga modern. Ibnu khaldun, bapak sosiolog Islam pertama, adalah intelektual muslim yang pernah hidup di Maroko.
3.      Kawasan Erofa dan Amerika Serikat
Di Eropa kajian masalah timur di Universitas terpisah menjadi suatu kedisiplinan abad ke-19. Di Perancis dan Inggris motivasi kajian timur tengah adalah untuk kepentingan politik, karena wilayahnya itu merupakan incaran untuk dijadikan daerah jajahan. Melalui kajian timur tengah pada abad ke-19 tentang sejarah dan bahasanya. Jika mengkaji secara orientalis, mulai perang dunia II kekuasaanya mulai pindah dari Eropa ke Amerika Serikat. Universitas-universitas di Amerika Serikat dan Kanada, jurusan Religius Studies yang meliputi kajian teks dan ekpresi tingkah laku keberagaman pada abad ke-20. perbandingannya abad ke-19 kajiannya lebih banyak dengan cara polemik namun pada abad ke-20 membuka dialog antar satu sama lain. Islamic Studies yang dilakukan di barat menggunakan pendekatan dan metode sebagai berikut:
a.       Metode ilmu-ilmu yang masuk dalam kategori humanistis
b.      Metode dalam disiplin theology
c.       Metode dari displin ilmu-ilmu sosial
Islam di Amerika Serikat berkembang dengan pesat dan muslim menjadi pemeluk agam kedua terbesar setelah umat kristiani.
Dalam literatur terdapat suatu anggapan bahwa Muslim Amerika Serikat pertama adalah imigran Arab dari kalangan Afro-Amerika dengan cara jual beli budak. Anggapan ini dibantah oleh Akbar Muhammad. Ia mencatat bahwa orang Amerika pertama yang tercata sebagai pemeluk Islam adalah Reverend Norman, seorang misionaris gereja Metodis di Turki yang memeluk Islam pada tahun 1870.
Di amerika, studi-studi Islam pada umumnya memang menekankan pada studi sejarah Islam,bahasa-bahasa Islam selain bahasa arab,sastra dan ilmu-ilmu sosial,berada dipusat studi Timur Tengah atau Timur dekat. Di UCLA studi Islam dibagi kepada komponen-komponen. Pertama, mengenai doktrin agama Islam, termasuk sejarah pemikiran Islam. Kedua, bahasa arab termasuk teks-teks klasik mengenai sejarah, hukum dan lain-lain. Ketiga, bahasa-bahasa non arab yang muslaim, sperti Turki, Urdu, Persia, dan sebagainya. Sebagai bahasa yang dianggap telah ikut melahirkan kebudayaan Islam. Kempat, ilmu-ilmu sosial, sejarah, bahasa arab, sosiologi dan semacamnya. Selain itu, ada kewajiban menguasai secara pasif satu atau dua bahasa eropa.
Di London, studi Islam digabungkan dalam school of oriental and african studies, fakultas mengenai studi ketimuran dan afrika, yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan asia dan afrika. Salah satu progrm studi didalamnya adalah program MA tentang masyarakat dan budaya Islam yang dapat dilanjutkan kejenjeng doktor.
Di Kanada, studi Islam bertujuan : pertama, menekuni kajian budaya dan peradaban Islam dari zaman Nabi Muhammad hingga masa kontemporer. Kedua, memehami ajaran Islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia. Ketiga, mempelajari beberapa bahasa muslim.
Di Belanda, menurut salah satu ilmuwan disana menyatakan bahwa studi Islam di Belanda sampai setelah perang dunia II, masih merupakan refleksi dari akar anggapan seperti Islam bermusuhan dengan kristen, dan pandangan Islam sebagai agama yang tidak patut di anut. Baru belakangan ada sifat yang lebih objektif seperti apa yang tertulis dalam berbagai brosur, studi-studi Islam dibelanda lebih menekankan kepada kajian Islam di Indonesia tertentu, kurang menekankan pada aspek sejarah Islam itu sendiri.

4.      Kawasan Australia
Sebagian Indonesia bangkit untuk mengamalkan Islam di Australia, dilingkungan mahasiswa muslim Indonesia yang belajar di beberapa Universitas di Melbourne. Disana mereka tidak bergabung pada kelompok pengajian manapun, karena mereka menganggap satu-satunya tujuan untuk datang ke Australia adalah untuk belajar. Pengajian itu bersifat dialegtika yang menyangkut topik-topik yang kontrofersial atau mengandung aspek-aspek ilmiah.
Beberapa mahasiswa muslim Indonesia di Monash juga mengahadiri pengajian yang diadakan Islam Study Group yang pada umumnya berbentuk tafsir qur’an. Mereka juga aktif mengahadiri pertemuan kelompok muslim yang dikenal dengan sebutan jama’ah tabligh.
5.      Kawasan Asia Tenggara
Islam diwilayah ini berkembang dengan aman dan damai, sehingga berdampak pada sikap umat Islam diwilayah yang dihuni oleh mayoritas pengguna bahasa Melayu ini. Asal mula masuk Islam ke wilayah ini lebih banyak dibawa oleh saudagar, pedagang Muslim dari wilayan India maupun Timur Tengah yang kedatangannya ke kawasan Asia Tanggara ini sambil bergadang.
Adapun mengenai kedatangan Islam ke Asia Tenggara terdapat tiga pendapat :
a.    Bahwa Islam datang ke Asia Tenggara langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut. Pendapat ini dikemukakan oleh Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Niemann (1861), de Hollander (1861) dan Veth (1878).
b.    Bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara berasal dari India. Pendapat ini dikemukakan oleh Pijnapel pada tahun 1872.
c.    Bahwa Islam datang ke Asia Tenggara berasal dari Bengalia (Bangladesh). Pendapat ini dikemukakan oleh Fatimi (1989). Pendapat ini dibantah oleh Drewes yang mengatakan bahwa pendapat Fatimi hanya perkiraan belaka, karena mazhab yang dianut di Bengalia adalah mazhab Hanafi, bukan mazhab Syafi’I, seperti yang dianut di Nusantara. (Azyumardi Azra (ed.), 1989: xiii)
Islam didakwahkan di Asia Tenggara melalui berbagai cara, diantaranya :
a.       Melalui dakwah para pedagang Muslim dalam jalur perdagangan yang damai.
b.      Melalui dakwah para da’i dan orang yang suci yang datang dari India atau Arab yang sengaja ingin mengsilamkan orang-orang kafir.
c.       Melalui kekuasaan atau peperangan dengan Negara-negara penyembah berhala (H. J. de Graaf dalam Azyumardi Azra (ed.), 1989: 2).

Kaum orientalis merupakan orang yang memiliki konsentrasi kajian tentang ketimuran (orintal). Jika di lihat dari semangat kajiannya, mererka mengalami perubahan orintasi  yang cukup fundamental. Mulai semangat menegakan panji-panji kekristenan sampai pada pengkajian islam di pahami oleh umatnya. Semangat kajian yang terakhir ini menjadi kecenderungan besar di kalangan sarjana barat. Oleh karena itu, mereka lebih suka di sebut islamisis ketimbang orientalis. Istilah islamisist lebih aman dan netral bila di bandingkan dengan orientalis yang terkesan berhadapan dengan umat muslim. Pada posisi kajian orientalis,umat muslim di kesankan sebagai tertunduk. Karena dalam mengkaji islam dan umatnya,orientalis membawa paradigma dan perskulatif sendiri yang kadang kala tidak sesuai dengan paradigma dan perspekulatif umat Muslim.
 Semangat kajian orientasi  berubah dari missionaris menjadi kolonialis. Studi semacam ini hanya menguntungkan pihak kaum orintalis untuk mendukung dan memperpanjang kekuasaan kaum kolonial, sementara itu umat islam di posisikan sebagai bangsa yang terjajah sehingga kondisi semacam ini kurang kondusif untuk mengembangkan sikap toleransi.
Tanpaknya, kondisi semacam ini juga mulai di sadari oleh kaum orintalis. Mereka menyadari bahwa kondisi saling tegang antara barat (sebagai simbol kristen) dan Timur (sebagai simbol dunia Islam) tidak menguntungkan untuk sebuah perdamaian dunia secara permanen. Pada fase berikutnya, kaum orientalis mengubah haluan atau orientasi pendekatan studi yang mereka gunakan. Pendekatan fenomologis menegaskan akan eksitensi Islam dan umatnya bukanlah sebuah komunitas yang harus di pisahkan,melainkan harus di lihat secara faktual. Maksudnya, bagaimana Islam di kaji berdasarkan ysng di pahami oleh umat Muslim sendiri bukan atas dasar perspektif ataupun paradigma orang lain. Disinilah bukti di butuhkan kejujuran para pengkaji islam, baik pengkaji dari dalam (insider) maupun dari luar (out-sider).
Kita mengetahui bahwa mengkaji Islam harus di tinjau secara normatif, historis, fenomenologis, bahkan bila perlu secara emansipatoris.
·         Pertama, Islam seharusnya di kaji berdasarkan sumber-sumber ajarannya,baik Al-Qur’an, As-Sunnah maupun ijma dan qiyas (analogi). Kajian ini mengarah pada tataran ideal sebuah ajaran.
·         Kedua,hal ini akan berbeda dengan kajian secara normatif,kajian secara historis akan melihat bagaimana Islam dapat di kaji melalui perjalanan uamatnya. Kendatipun dalam tataran ideal, perilaku dan aktifitas seorang Muslim harus sejalan dengan sumber sumber ajaran Islam., dalam realitas historisnya terdapat perbedaan. Sebagai contoh, Al-Qur’an melarang orang Mukmin membunuh sesama Mukmin tanpa alasan yang di benarkan oleh agama (syariat). Namun, dalam dalam realitas hitoris, ada beberapa sahabat dan generasi berikutnya yang di bunuh oleh orang yang mengaku sebagai Mukmin juga.
·         Ketiga, Islam hendaknya dikaji berdasarkan Islam yang di pahami oleh umatnya, bukan atas pemahanman orang lain.
·         Keempat, sebagai sebuah ajaran,Islam mengajarkan oembelaan terhadap kaum tertindas. Oleh karena itu, Islam melalui Al-Qur’an menegaskan keberpihakannya terhadap kaum perempuan yang dalam sejarah ini termarjinalkan. Al-Qur’an juga menegaskan kesetaraan gender,persamaan (musawah) di hadapan hukum, persaudaraan(al-ikha) atas dasar nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan(adalah) dalam menegakan peraturan tidak memandang berdasarkan nilai-nilai primordialisme. Jadi,disini Islam dapat di katakan sebagai kekuatan untuk mewujudkan emansipasi manusia dari tekanan pihak lain. Sehingga semangat kajian ini di namakan kajian Islam Emansipatoris.
Pada prespektif dasarnya,emansipatoris,menurut Masdar F.Mas’udi,tidak bisa lepas dari teori kritis,yang rujukannya ada beberapa macam aliran sangat kiri,kiri dalam,dan kiri luar. Sehingga disebut “Islam Kritis”. Kritis disini bukan bertanya terus atau rengkel.
Kritisisme ada dua elemen.
·         Pertama, realitas material : sebuah pemikiran yang mempertanyakan ideologi hegemonik yang bertolak pada kehidupan real dan material atau mempertanyakan hegemoni bertolak pada realitas empirik.
·         Kedua, visi transpormatif, memiliki komitmen pada perubahan struktur(relasi-relasi),baik relasi kekuasaan dalam dunia produktif (majikan-buruh),maupun relasi hegemonik dalam hubungan pemberi dan penerima narasi (ulama-umat),maupun relasi politik (penguasa-rakyat). Kedua aspek ini sudah seharusnya dilihat sebagai suatu ikhtiar untuk mencari akar masalah sosialyang sedang dihadapi oleh manusia. Jika telah ditemukan masalah (core-problem),barulah dapat di lakukan pencarian alternatif-alternatif solusi. Konsidi seperti iniharus dilakukan oleh setiap individu agarmemiliki kepedulian atas problem yang di hadapi oleh masyarakatnya. Tanpa upaya ini,perubahan takan terwujud. Beberapa ahli mengingatkan kepada kita akan akan pentingnya melakukan perubahan,namun perubahan itu hendaknya menjadi kesadaran setiap individu bukan karena dari pihak lain. Dengan lain kata,munculnya perubahan masyarakat (social change) hendaknya di mulai dari diri sendiri tiap individu (ibda’binafsik). Pada saat ini,upaya hegemoni sudah patutnya di tinggalkan,dalam alam demokrasi kesadaran diri dan saling toleransi harus dijungjung tinggi.
Hal ini dapat dapat di perjelas dengan gambar berikut :



 TEORETISASI
PERUBAHAN


 AKSI
PEMBEBASANAKSI
PEMBEBASAN


 REFLEKSI KRITIS
Sosial,Moral,


 PROBLEM
KEMANUSIAAN








                                                                                                                     

(Gambar Lingkaran Praktis Islam Emansipatoris)
Keempat variabel ini terkait satu sama lain. Berbeda dengan paradigma Islam lainya,titik tolak Islam Emansipatoris adalah problem kemanusiaan,bukan teks suci (teks ide) sebagaimana Islam skripturalis,ideologi maupun modernis. Teks-teks suci disini subordinat terhadap pesan moral atau spiritual, sehingga ia tidak dipahami sebagai undang-undang,melainkan sebagai sinaran pembebasan. Pada teoretisasi perubaha,watak transpormatif  Islam emansipatoris akan di definisikan sebagai landasan bagi misi Islam emansipatoris berupa aksi pembebasan. Dan aksi ini tentu akan diterapkan pada problem kemanusiaan real tadi. Memang, secara integral,Islam  amansipatoris tidak berhenti pada dekonstruksi dan pembongkaran teks yang membuat kita  linglung,tetapi teks di jadikan sebagai sebagai wahana pembebasan. Karena realitas dominasi tidak hanya wacana, melainkan juga dominasi yang bersifat real dan material.
Problem kemanusiaan yang di pahami dalam tahap kerja Islam Emansipatoris anatara lain :
1.      Bagaimana kita secara adil mendefiniskan apa yang kita pahami sebagai problem kemanusiaan. Bagaimana sebuah kerangka teori didefinisikan sebagai problem kemanusiaan.
2.      Bagaimana memperlakukan teks dalam tahap refleksi kritis. Teks diperlukan sebagai alat untuk mempertajam nurani dalam melihat problem kemanusiaan karena teks buka satu-satunya rujukan dalam melakukan refleksi kritis.
3.      Bagaimana teks di perlakukan kalau akan di lakukan akan dilakukan sebagai sumber kritik. Ini mungkin membutuhkan metodologi tersendiri yang berbeda dengan yang dipakai selama ini.
Kalau teks bukan satu-satunya alat,apalagi yang akan dipakai untuk mencerahkan kemanusiaan.


KESIMPULAN

Pada sekitar abad ke-19, Islam dikaji di barat lebih terbuka dari pada masa-masa sebelumnya, disini kajian Islam dimasukkan dalam disiplin Religius Studies untuk mendapatkan title ahli mengenai Islam, harus menerima training dalam divinity school.
Di Eropa, kajian masalah timur terpisah menjadi suatu disiplin pada abad ke-19. di Prancis dan Inggris motifasi kajian timur tengah adalah untuk kepentingan politik. Mahasiswa muslim di Monash Australia sebagian menggabungkan diri dengan Monash Indonesian Islamic Society (MIIS)
Karya tulis ini diamati dengan pembahasan tentang pengertian dan visi study Islam, yang diikuti dengan pembahasan tentang study Islam yang ada di berbagai Negara


DAFTAR PUSTAKA


Muhaimin, Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Kencana, 2005

Mulyana, Dedy.Islam Dan Orang Indonesia Di Australia, Jakarta: Logos, 2000

Azizy Qodri Ahmad, Islam Dan Permasalahan Sosial, Yogyakarta: Lkis, 2000