MAKALAH STUDY KAWASAN ISLAM
10:06
Posted by Rich in the future
STUDY KAWASAN ISLAM
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas -)
Disusun Oleh : -
Program Study Ekonomi Islam
Fakultas –
UNIVERSITAS -
2013
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Study Islam sering kali dikaji diberbagai Negara,
terutama dikawasan – kawasan seperti di kawasan Timur Tengan, Asia Tenggara dan
lain - lain. Di Australia study Islam tidak hanya dikaji di Universitas tetapi
juga dikalangan masyarakat. Di Negara tersebut banyak terdapat organisasi Islam
salah satunya adalah The Islamic Society of Victoria. Tujuan utama organisasi
tersebut adalah untuk mengungkapkan dampak penting keterlibatan komunitas
muslim di Australia
Organisasi-organisasi Islam juga banyak terdapat di
kawasan-kawasan lain yaitu: di Timur Tengah, Eropa, Amerika. Orang-orang Islam
yang ada di negara-negara tersebut aktif dalam organisasi
- Rumusan Masalah
- Apa pengertian Study Islam
- Tujuan Study Islam
- Bagaimana Study Islam di Eropa dan Amerika
- Bagaimana Study Islam di Australia
- Bagaimana Study Islam di Timur Tengah
- Bagaimana Study Islam di Asia Tenggara
- Orientasi dan semangat kajiannya
- Pendekatan filosofis terhadap teks-teks kebudayaan asing
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Study Islam
Study Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic
Studies, secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari
hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. dengan perkataan lain “ usaha
sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara
mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam,
baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun praktek-praktek
pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya
pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya
Usaha mempelajari agama Islam tersebut dalam
kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan umat Islam saja, melainkan
juga dilaksanakan oleh orang-orang diluar kalangan umat Islam. study keIslaman
dikalangan umat Islam sendiri tentunya sangat berbeda tujuan dan motifasinya
dengan yang dikakukan oleh orang-orang diluar kalangan umat Islam. dikalangan
umat Islam, study keIslaman bertujuan untuk mendalami dan memahami serta
membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya
dengan benar. Sedangkan diluar kalangan umat Islam, study keIslaman bertujuan
untuk mempelajati seluk beluk agama dan
praktek keagamaan yang berlaku dikalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai
ilmu pengetahuan.
Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pendekatan study
keIslaman yang mendominasi kalangan ulama Islam lebih cenderung bersifat
subjektif, dan doktrin.
- Tujuan Study Islam
- Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa hakikat agama Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agam-agama lain
- Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam, yang asli, dan bagaimana penjabaran dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islamnya
- Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya
- Untuk memahami prinsi-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran Islam, dan bagaiman realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern.
Selanjutnya tujuan-tujuan tersebut diharapkan agar study Islam akan
bermanfaat bagi peningkatan usaha pembaharuan dan pengembangan kurikulum
pendidikan Islam, Sehingga misi Islam dapat terwujud.
- Studi Kawasan
1. Kawasan
Timur Tengah
Pusat penyebaran Islam pertama kali adalah di
Jazirah Arab, yang kini disebut dengan Arab Saudi. Dalam negeri ini, terdapat
dua kota yang sangat historis dan menjadi pusat perhatian dunia, yakni Mekkah
dan Madinah. Dua kota ini, dalam sejarah Islam, dikenal dengan sebutan Haramain ( Dua kota yang dimuliakan).
Dikota Mekkah pada tahun 570 M, seorang anak lelaki dilahirkan. Anak laki -
laki ini diberi nama Muhammad ( yang terpuji ).
Muhammad diangkat menjadi nabi pada usia 40
tahun atau tepatnya pada 610 M. Jejak langkah Nabi Muhammad menjadi perhatian
dunia, bahkan Michael hart dalam bukunya, 100 tokoh yang berpengaruh,
memosisikan Nabi Muhammad sebagai orang yang pertama yang dapat mempengaruhi
dunia. Catatan Hart menetapkan Nabi Muhammad pada posisi pertama dengan alasan
yang sangat argumentatif. Salah satu argumentasinya adalah karena Nabi yang
yatim sejak lahir ini mampu mengubah Arab yang jahiliyah ( bodoh dalam preilaku
dan peradaban ) menjadi masyarakat yang beradab dalam waktu yang cukup relatif
singkat. Padahal, jika dilihat dari tokoh – tokoh berpengaruh lainnya yang
dapat mengubah suatu masyarakat, mereka membutuhkan waktu yang cukup lama,
bahkan berabad – abad. Adapun laki – laki keturunan Quraisy ini hanya
membutuhkan waktu 23 Tahun untuk mengubah prilaku bangsa Arab yang biadab
menjadi beradab dan berakhlak karimah.
Perhatian yang serius terhadap kajian Islam
di wilayah Timur Tengah ini dapat dilihat dari hasil karya orientalis, Philip
K. Hitti yang pernah menulis A History of
the Arab ; Joseph Schat, The Origins of Muhammedan Jurisprudence dan An
Introduction to Islamic Law
2. Kawasan Afrika
Afrika sebagai bagian dari perhatian para
peneliti tentang keislaman disebabkan ada sebagian dari Negara – Negara benua
ini yang warganya beragama Islam. Bahkan, dari benua ini pula lahir pemikir –
pemikir Islam besar sejak zaman klasik hingga modern. Ibnu khaldun, bapak
sosiolog Islam pertama, adalah intelektual muslim yang pernah hidup di Maroko.
3. Kawasan
Erofa dan Amerika Serikat
Di Eropa
kajian masalah timur di Universitas terpisah menjadi suatu kedisiplinan abad
ke-19. Di Perancis dan Inggris motivasi kajian timur tengah adalah untuk
kepentingan politik, karena wilayahnya itu merupakan incaran untuk dijadikan
daerah jajahan. Melalui kajian timur tengah pada abad ke-19 tentang
sejarah dan bahasanya. Jika mengkaji secara orientalis, mulai perang dunia II
kekuasaanya mulai pindah dari Eropa ke Amerika Serikat. Universitas-universitas
di Amerika Serikat dan Kanada, jurusan Religius Studies yang meliputi kajian
teks dan ekpresi tingkah laku keberagaman pada abad ke-20. perbandingannya abad
ke-19 kajiannya lebih banyak dengan cara polemik namun pada abad ke-20 membuka
dialog antar satu sama lain. Islamic Studies yang dilakukan di barat
menggunakan pendekatan dan metode sebagai berikut:
a.
Metode ilmu-ilmu yang masuk dalam kategori humanistis
b.
Metode dalam disiplin theology
c. Metode dari displin ilmu-ilmu sosial
Islam di Amerika Serikat berkembang dengan pesat
dan muslim menjadi pemeluk agam kedua terbesar setelah umat kristiani.
Dalam literatur terdapat suatu anggapan bahwa
Muslim Amerika Serikat pertama adalah imigran Arab dari kalangan Afro-Amerika
dengan cara jual beli budak. Anggapan ini dibantah oleh Akbar Muhammad. Ia
mencatat bahwa orang Amerika pertama yang tercata sebagai pemeluk Islam adalah
Reverend Norman, seorang misionaris gereja Metodis di Turki yang memeluk Islam
pada tahun 1870.
Di amerika, studi-studi Islam pada umumnya memang menekankan pada studi
sejarah Islam,bahasa-bahasa Islam selain bahasa arab,sastra dan ilmu-ilmu
sosial,berada dipusat studi Timur Tengah atau Timur dekat. Di UCLA studi Islam
dibagi kepada komponen-komponen. Pertama, mengenai doktrin agama Islam,
termasuk sejarah pemikiran Islam. Kedua, bahasa arab termasuk teks-teks klasik
mengenai sejarah, hukum dan lain-lain. Ketiga, bahasa-bahasa non arab yang
muslaim, sperti Turki, Urdu, Persia, dan sebagainya. Sebagai bahasa yang
dianggap telah ikut melahirkan kebudayaan Islam. Kempat, ilmu-ilmu sosial,
sejarah, bahasa arab, sosiologi dan semacamnya. Selain itu, ada kewajiban
menguasai secara pasif satu atau dua bahasa eropa.
Di London,
studi Islam digabungkan dalam school of oriental and african studies, fakultas
mengenai studi ketimuran dan afrika, yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan
kebudayaan asia dan afrika. Salah satu progrm studi didalamnya adalah program
MA tentang masyarakat dan budaya Islam yang dapat dilanjutkan kejenjeng doktor.
Di Kanada,
studi Islam bertujuan : pertama, menekuni kajian budaya dan peradaban
Islam dari zaman Nabi Muhammad hingga masa kontemporer. Kedua, memehami ajaran
Islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia. Ketiga, mempelajari beberapa
bahasa muslim.
Di Belanda,
menurut salah satu ilmuwan disana menyatakan bahwa studi Islam di Belanda
sampai setelah perang dunia II, masih merupakan refleksi dari akar anggapan
seperti Islam bermusuhan dengan kristen, dan pandangan Islam sebagai agama yang
tidak patut di anut. Baru belakangan ada sifat yang lebih objektif seperti apa
yang tertulis dalam berbagai brosur, studi-studi Islam dibelanda lebih
menekankan kepada kajian Islam di Indonesia tertentu, kurang menekankan pada
aspek sejarah Islam itu sendiri.
4.
Kawasan Australia
Sebagian Indonesia bangkit untuk mengamalkan
Islam di Australia, dilingkungan mahasiswa muslim Indonesia yang belajar di beberapa
Universitas di Melbourne. Disana mereka tidak bergabung pada kelompok pengajian
manapun, karena mereka menganggap satu-satunya tujuan untuk datang ke Australia
adalah untuk belajar. Pengajian itu bersifat dialegtika yang menyangkut
topik-topik yang kontrofersial atau mengandung aspek-aspek ilmiah.
Beberapa mahasiswa muslim Indonesia di Monash juga
mengahadiri pengajian yang diadakan Islam Study Group yang pada umumnya
berbentuk tafsir qur’an. Mereka juga aktif mengahadiri pertemuan kelompok
muslim yang dikenal dengan sebutan jama’ah tabligh.
5. Kawasan
Asia Tenggara
Islam diwilayah ini berkembang dengan aman
dan damai, sehingga berdampak pada sikap umat Islam diwilayah yang dihuni oleh
mayoritas pengguna bahasa Melayu ini. Asal mula masuk Islam ke wilayah ini
lebih banyak dibawa oleh saudagar, pedagang Muslim dari wilayan India maupun
Timur Tengah yang kedatangannya ke kawasan Asia Tanggara ini sambil bergadang.
Adapun mengenai kedatangan Islam ke Asia
Tenggara terdapat tiga pendapat :
a. Bahwa Islam datang ke Asia Tenggara langsung
dari Arab, atau tepatnya Hadramaut. Pendapat ini dikemukakan oleh Crawfurd
(1820), Keyzer (1859), Niemann (1861), de Hollander (1861) dan Veth (1878).
b. Bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara
berasal dari India. Pendapat ini dikemukakan oleh Pijnapel pada tahun 1872.
c. Bahwa Islam datang ke Asia Tenggara berasal
dari Bengalia (Bangladesh). Pendapat ini dikemukakan oleh Fatimi (1989).
Pendapat ini dibantah oleh Drewes yang mengatakan bahwa pendapat Fatimi hanya
perkiraan belaka, karena mazhab yang dianut di Bengalia adalah mazhab Hanafi,
bukan mazhab Syafi’I, seperti yang dianut di Nusantara. (Azyumardi Azra (ed.),
1989: xiii)
Islam didakwahkan di Asia Tenggara melalui
berbagai cara, diantaranya :
a. Melalui dakwah para pedagang Muslim dalam
jalur perdagangan yang damai.
b. Melalui dakwah para da’i dan orang yang suci
yang datang dari India atau Arab yang sengaja ingin mengsilamkan orang-orang
kafir.
c. Melalui kekuasaan atau peperangan dengan
Negara-negara penyembah berhala (H. J. de Graaf dalam Azyumardi Azra (ed.),
1989: 2).
Kaum orientalis merupakan orang yang
memiliki konsentrasi kajian tentang ketimuran (orintal). Jika di lihat dari
semangat kajiannya, mererka
mengalami perubahan orintasi yang cukup
fundamental. Mulai semangat menegakan panji-panji kekristenan sampai pada
pengkajian islam di pahami oleh umatnya. Semangat kajian yang terakhir ini
menjadi kecenderungan besar di kalangan sarjana barat. Oleh karena itu, mereka lebih suka di
sebut islamisis ketimbang orientalis. Istilah islamisist lebih aman dan netral
bila di bandingkan dengan orientalis yang terkesan berhadapan dengan umat
muslim. Pada posisi kajian orientalis,umat muslim di kesankan sebagai
tertunduk. Karena dalam mengkaji islam dan umatnya,orientalis membawa paradigma
dan perskulatif sendiri yang kadang kala tidak sesuai dengan paradigma dan
perspekulatif umat Muslim.
Semangat kajian orientasi berubah dari missionaris menjadi kolonialis.
Studi semacam ini hanya menguntungkan pihak kaum orintalis untuk mendukung dan
memperpanjang kekuasaan kaum kolonial, sementara itu umat islam di posisikan
sebagai bangsa yang terjajah sehingga kondisi semacam ini kurang kondusif untuk
mengembangkan sikap toleransi.
Tanpaknya, kondisi semacam ini
juga mulai di sadari oleh kaum orintalis. Mereka menyadari bahwa kondisi saling
tegang antara barat (sebagai simbol kristen) dan Timur (sebagai simbol dunia
Islam) tidak menguntungkan untuk sebuah perdamaian dunia secara permanen. Pada
fase berikutnya, kaum
orientalis mengubah haluan atau orientasi pendekatan studi yang mereka gunakan.
Pendekatan fenomologis menegaskan akan eksitensi Islam dan umatnya bukanlah
sebuah komunitas yang harus di pisahkan,melainkan harus di lihat secara
faktual. Maksudnya, bagaimana
Islam di kaji berdasarkan ysng di pahami oleh umat Muslim sendiri bukan atas
dasar perspektif ataupun paradigma orang lain. Disinilah bukti di butuhkan
kejujuran para pengkaji islam,
baik
pengkaji dari dalam (insider) maupun dari luar (out-sider).
Kita mengetahui bahwa mengkaji Islam
harus di tinjau secara normatif,
historis, fenomenologis, bahkan bila perlu
secara emansipatoris.
·
Pertama, Islam seharusnya di
kaji berdasarkan sumber-sumber ajarannya,baik Al-Qur’an, As-Sunnah maupun ijma
dan qiyas (analogi). Kajian ini mengarah pada tataran ideal sebuah ajaran.
·
Kedua,hal ini akan
berbeda dengan kajian secara normatif,kajian secara historis akan melihat
bagaimana Islam dapat di kaji melalui perjalanan uamatnya. Kendatipun dalam
tataran ideal, perilaku
dan aktifitas seorang Muslim harus sejalan dengan sumber sumber ajaran Islam., dalam realitas
historisnya terdapat perbedaan. Sebagai contoh, Al-Qur’an melarang
orang Mukmin membunuh sesama Mukmin tanpa alasan yang di benarkan oleh agama
(syariat). Namun, dalam
dalam realitas hitoris, ada
beberapa sahabat dan generasi berikutnya yang di bunuh oleh orang yang mengaku
sebagai Mukmin juga.
·
Ketiga, Islam hendaknya
dikaji berdasarkan Islam yang di pahami oleh umatnya, bukan atas pemahanman
orang lain.
·
Keempat, sebagai sebuah
ajaran,Islam mengajarkan oembelaan terhadap kaum tertindas. Oleh karena itu, Islam melalui Al-Qur’an
menegaskan keberpihakannya terhadap kaum perempuan yang dalam sejarah ini
termarjinalkan. Al-Qur’an juga menegaskan kesetaraan gender,persamaan (musawah)
di hadapan hukum, persaudaraan(al-ikha)
atas dasar nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan(adalah) dalam menegakan
peraturan tidak memandang berdasarkan nilai-nilai primordialisme. Jadi,disini
Islam dapat di katakan sebagai kekuatan untuk mewujudkan emansipasi manusia
dari tekanan pihak lain. Sehingga semangat kajian ini di
namakan kajian Islam Emansipatoris.
Pada prespektif
dasarnya,emansipatoris,menurut Masdar F.Mas’udi,tidak bisa lepas dari teori
kritis,yang rujukannya ada beberapa macam aliran sangat kiri,kiri dalam,dan
kiri luar. Sehingga disebut “Islam Kritis”. Kritis disini bukan bertanya terus
atau rengkel.
Kritisisme ada dua elemen.
·
Pertama, realitas
material : sebuah pemikiran yang mempertanyakan ideologi hegemonik yang
bertolak pada kehidupan real dan material atau mempertanyakan hegemoni bertolak
pada realitas empirik.
·
Kedua, visi
transpormatif, memiliki komitmen pada perubahan struktur(relasi-relasi),baik
relasi kekuasaan dalam dunia produktif (majikan-buruh),maupun relasi hegemonik
dalam hubungan pemberi dan penerima narasi (ulama-umat),maupun relasi politik
(penguasa-rakyat). Kedua aspek ini sudah seharusnya dilihat sebagai suatu
ikhtiar untuk mencari akar masalah sosialyang sedang dihadapi oleh manusia.
Jika telah ditemukan masalah (core-problem),barulah dapat di lakukan pencarian
alternatif-alternatif solusi. Konsidi seperti iniharus dilakukan oleh setiap
individu agarmemiliki kepedulian atas problem yang di hadapi oleh
masyarakatnya. Tanpa upaya ini,perubahan takan terwujud. Beberapa ahli mengingatkan
kepada kita akan akan pentingnya melakukan perubahan,namun perubahan itu
hendaknya menjadi kesadaran setiap individu bukan karena dari pihak lain.
Dengan lain kata,munculnya perubahan masyarakat (social change) hendaknya di
mulai dari diri sendiri tiap individu (ibda’binafsik). Pada saat ini,upaya
hegemoni sudah patutnya di tinggalkan,dalam alam demokrasi kesadaran diri dan
saling toleransi harus dijungjung tinggi.
Hal
ini dapat dapat di perjelas dengan gambar berikut :
PERUBAHAN
|
||||||||||||||||
PEMBEBASANAKSI
PEMBEBASAN
|
||||||||||||||||
Sosial,Moral,
|
||||||||||||||||
KEMANUSIAAN
|
||||||||||||||||
(Gambar Lingkaran
Praktis Islam Emansipatoris)
Keempat variabel ini terkait satu sama
lain. Berbeda dengan paradigma Islam lainya,titik tolak Islam Emansipatoris adalah
problem kemanusiaan,bukan teks suci (teks ide) sebagaimana Islam
skripturalis,ideologi maupun modernis. Teks-teks suci disini subordinat
terhadap pesan moral atau spiritual,
sehingga
ia tidak dipahami sebagai undang-undang,melainkan sebagai sinaran pembebasan.
Pada teoretisasi perubaha,watak transpormatif
Islam emansipatoris akan di definisikan sebagai landasan bagi misi Islam
emansipatoris berupa aksi pembebasan. Dan aksi ini tentu akan diterapkan pada
problem kemanusiaan real tadi. Memang, secara integral,Islam amansipatoris tidak berhenti pada
dekonstruksi dan pembongkaran teks yang membuat kita linglung,tetapi teks di jadikan sebagai
sebagai wahana pembebasan. Karena realitas dominasi tidak hanya wacana, melainkan juga dominasi
yang bersifat real dan material.
Problem kemanusiaan yang di pahami dalam
tahap kerja Islam Emansipatoris anatara lain :
1.
Bagaimana kita secara adil mendefiniskan apa yang kita
pahami sebagai problem kemanusiaan. Bagaimana sebuah kerangka teori
didefinisikan sebagai problem kemanusiaan.
2.
Bagaimana memperlakukan teks dalam tahap refleksi
kritis. Teks diperlukan sebagai alat untuk mempertajam nurani dalam melihat
problem kemanusiaan karena teks buka satu-satunya rujukan dalam melakukan
refleksi kritis.
3.
Bagaimana teks di perlakukan kalau akan di lakukan akan
dilakukan sebagai sumber kritik. Ini mungkin membutuhkan metodologi tersendiri
yang berbeda dengan yang dipakai selama ini.
Kalau teks bukan satu-satunya alat,apalagi yang akan dipakai untuk
mencerahkan kemanusiaan.
KESIMPULAN
Pada sekitar abad ke-19, Islam dikaji di barat lebih terbuka dari pada
masa-masa sebelumnya, disini kajian Islam dimasukkan dalam disiplin Religius
Studies untuk mendapatkan title ahli mengenai Islam, harus menerima
training dalam divinity school.
Di Eropa, kajian masalah timur terpisah menjadi suatu disiplin pada abad
ke-19. di Prancis dan Inggris motifasi kajian timur tengah adalah untuk
kepentingan politik. Mahasiswa muslim di Monash Australia sebagian menggabungkan
diri dengan Monash Indonesian Islamic Society (MIIS)
Karya tulis ini diamati dengan pembahasan tentang pengertian dan visi
study Islam, yang diikuti dengan pembahasan tentang study Islam yang ada di
berbagai Negara
DAFTAR
PUSTAKA
Muhaimin, Kawasan Dan Wawasan
Studi Islam, Jakarta :
Kencana, 2005
Mulyana, Dedy.Islam Dan Orang Indonesia Di Australia, Jakarta : Logos, 2000
Azizy Qodri Ahmad, Islam Dan
Permasalahan Sosial, Yogyakarta : Lkis,
2000
This entry was posted on October 4, 2009 at 12:14 pm, and is filed under
. Follow any responses to this post through RSS. You can leave a response, or trackback from your own site.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment